kisah nyata tentang orang yang punya cacat fisik tapi batinnya sempurna
Halaman 1 dari 1
kisah nyata tentang orang yang punya cacat fisik tapi batinnya sempurna
Ketidak beruntungan bersumber pada cacat batiniah
Sejak jaman dahulu, masyarakat Tionghoa sangat menekankan nilai-nilai positif daripada pola hidup “rajin, hemat dan tahan susah”, tak peduli berada di negara mana pun, selalu saja mengandalkan kerja keras, makanya kebanyakan dari warga Tionghoa berhasil menggapai kesuksesan di berbagai belahan dunia.
Namun sekarang angin barat telah berhembus ke timur, pola hidup yang menekankan konsumsi dan kenikmatan perlahan-lahan mulai menggantikan pola pemikiran “rajin dan hemat pangkal kaya”; kehidupan bermewah-mewahan dari banyak orang sebetulnya dibangun pada landasan yang rentan, membuatnya mudah goyah dan sulit tenang.
Di daerah Yunlin Taiwan ada sepasang ibu dan anak dengan keterbelakangan mental, anak bernama A Yi sangat rajin, setiap hari pulang pergi dengan bersepeda menempuh jarak 20 kilometer untuk bekerja sebagai pemindah kotak karton di “Pabrik Harapan” bagi penyandang cacat fisik dan mental; ibunya juga ikut mengajukan diri kepada pemilik pabrik untuk bekerja sebagai pekerja kasar, tetapi pemilik pabrik khawatir kalau usianya sudah sangat lanjut, dia menjawab: “Kalau puteraku sanggup memindahkan barang, saya juga sanggup memanggulnya.”
Kedua ibu dan anak ini menggunakan hati yang murni dan jernih untuk menutupi cacat lahir mereka, mereka dengan kerja jasmani mencukupi kebutuhan hidup sendiri; bukan saja tidak membutuhkan bantuan sanak keluarga dan teman lagi, bahkan mereka mampu hidup hemat untuk menyisihkan uang dan menyumbangkannya ke Tzu Chi demi membantu orang lain; benar-benar membuat orang merasa kagum dan terharu.
Kuli pengangkut barang berlengan tunggal yang tidak ditaklukkan oleh kesulitan
Di Tiongkok ada seorang ayah yang berlengan tunggal, selama 21 tahun ini dia membesarkan kedua orang puteranya seorang diri. Semula dia adalah seorang pekerja tambang batu bara, namun dia kehilangan sebuah lengan dalam suatu kecelakaan, kemudian dia pergi ke Gunung Huashan untuk bekerja sebagai kuli pengangkut barang, dalam sehari dia mengangkut barang sebanyak dua kali perjalanan, setiap kali perjalanan memikul beban lebih dari 70 kg dan menghabiskan waktu selama dua jam lebih dalam mendaki anak tangga setinggi 1.100 meter untuk menghantarkan bahan kebutuhan hidup ke atas gunung.
Jika kuli pengangkut barang lain bisa sebelah tangan berpegang pada rantai, sebelah tangan lagi menyangga pada tongkat, mendaki ke atas gunung dengan hati-hati; namun dia hanya memiliki sebuah lengan, dia terpaksa menggunakan dua jari tangan untuk memegang tongkat dan tiga jari tangan mengait pada rantai besi, memungkukkan badan untuk menahan beban sampai ke atas gunung. Kerja kerasnya ini hanya mendapatkan imbalan sebanyak sembilan puluhan ribu perhari. Ketika puteranya yang bekerja di luar daerah pulang ke rumah, dia pernah sekali menemani sang ayah bekerja, ada beberapa kali puteranya ini menangis ingin menggantikan sang ayah memikul barang; namun sang ayah tidak ingin anaknya mengalami kesusahan ini dan berkata pada anaknya: “Asalkan kamu memiliki cita-cita tinggi dan berprilaku benar, maka kesusahan ini akan ada nilainya.”
Tak peduli kondisi luar bagaimana, asal setiap orang dapat meningkatkan taraf batin masing-masing, menunaikan kewajiban dengan baik, menjaga sebuah niat pikiran baik, tahu untuk mengatasi kesulitan, bukannya ditaklukkan oleh kesulitan, maka masyarakat ini baru bisa aman dan selamat; jika semua orang bersatu hati dan bergotong royong, tentu akan dapat sama-sama menciptakan masyarakat yang damai dan makmur. Sebaliknya jika dilihat pada masyarakat jaman sekarang, banyak orang tidak mau hidup menghadapi kesusahan, atau jika menemui sedikit kesusahan, lalu merasa semua orang bersalah padanya; “cacat batiniah” pada manusia dapat menyebabkan “bencana batiniah” pada masyarakat.
Saya berharap agar batin setiap manusia dalam masyarakat dapat lebih “murni dan bajik” --- setiap orang berpanutan pada orang yang telah bertekad luhur; dalam pola kehidupan yang rajin dan hemat, berusaha menaklukkan nafsu keserakahan dan kemalasan, serta membangkitkan kondisi batin yang aktif, dapat menggenggam setiap detik untuk bersumbangsih demi masyarakat.
Sejak jaman dahulu, masyarakat Tionghoa sangat menekankan nilai-nilai positif daripada pola hidup “rajin, hemat dan tahan susah”, tak peduli berada di negara mana pun, selalu saja mengandalkan kerja keras, makanya kebanyakan dari warga Tionghoa berhasil menggapai kesuksesan di berbagai belahan dunia.
Namun sekarang angin barat telah berhembus ke timur, pola hidup yang menekankan konsumsi dan kenikmatan perlahan-lahan mulai menggantikan pola pemikiran “rajin dan hemat pangkal kaya”; kehidupan bermewah-mewahan dari banyak orang sebetulnya dibangun pada landasan yang rentan, membuatnya mudah goyah dan sulit tenang.
Di daerah Yunlin Taiwan ada sepasang ibu dan anak dengan keterbelakangan mental, anak bernama A Yi sangat rajin, setiap hari pulang pergi dengan bersepeda menempuh jarak 20 kilometer untuk bekerja sebagai pemindah kotak karton di “Pabrik Harapan” bagi penyandang cacat fisik dan mental; ibunya juga ikut mengajukan diri kepada pemilik pabrik untuk bekerja sebagai pekerja kasar, tetapi pemilik pabrik khawatir kalau usianya sudah sangat lanjut, dia menjawab: “Kalau puteraku sanggup memindahkan barang, saya juga sanggup memanggulnya.”
Kedua ibu dan anak ini menggunakan hati yang murni dan jernih untuk menutupi cacat lahir mereka, mereka dengan kerja jasmani mencukupi kebutuhan hidup sendiri; bukan saja tidak membutuhkan bantuan sanak keluarga dan teman lagi, bahkan mereka mampu hidup hemat untuk menyisihkan uang dan menyumbangkannya ke Tzu Chi demi membantu orang lain; benar-benar membuat orang merasa kagum dan terharu.
Kuli pengangkut barang berlengan tunggal yang tidak ditaklukkan oleh kesulitan
Di Tiongkok ada seorang ayah yang berlengan tunggal, selama 21 tahun ini dia membesarkan kedua orang puteranya seorang diri. Semula dia adalah seorang pekerja tambang batu bara, namun dia kehilangan sebuah lengan dalam suatu kecelakaan, kemudian dia pergi ke Gunung Huashan untuk bekerja sebagai kuli pengangkut barang, dalam sehari dia mengangkut barang sebanyak dua kali perjalanan, setiap kali perjalanan memikul beban lebih dari 70 kg dan menghabiskan waktu selama dua jam lebih dalam mendaki anak tangga setinggi 1.100 meter untuk menghantarkan bahan kebutuhan hidup ke atas gunung.
Jika kuli pengangkut barang lain bisa sebelah tangan berpegang pada rantai, sebelah tangan lagi menyangga pada tongkat, mendaki ke atas gunung dengan hati-hati; namun dia hanya memiliki sebuah lengan, dia terpaksa menggunakan dua jari tangan untuk memegang tongkat dan tiga jari tangan mengait pada rantai besi, memungkukkan badan untuk menahan beban sampai ke atas gunung. Kerja kerasnya ini hanya mendapatkan imbalan sebanyak sembilan puluhan ribu perhari. Ketika puteranya yang bekerja di luar daerah pulang ke rumah, dia pernah sekali menemani sang ayah bekerja, ada beberapa kali puteranya ini menangis ingin menggantikan sang ayah memikul barang; namun sang ayah tidak ingin anaknya mengalami kesusahan ini dan berkata pada anaknya: “Asalkan kamu memiliki cita-cita tinggi dan berprilaku benar, maka kesusahan ini akan ada nilainya.”
Tak peduli kondisi luar bagaimana, asal setiap orang dapat meningkatkan taraf batin masing-masing, menunaikan kewajiban dengan baik, menjaga sebuah niat pikiran baik, tahu untuk mengatasi kesulitan, bukannya ditaklukkan oleh kesulitan, maka masyarakat ini baru bisa aman dan selamat; jika semua orang bersatu hati dan bergotong royong, tentu akan dapat sama-sama menciptakan masyarakat yang damai dan makmur. Sebaliknya jika dilihat pada masyarakat jaman sekarang, banyak orang tidak mau hidup menghadapi kesusahan, atau jika menemui sedikit kesusahan, lalu merasa semua orang bersalah padanya; “cacat batiniah” pada manusia dapat menyebabkan “bencana batiniah” pada masyarakat.
Saya berharap agar batin setiap manusia dalam masyarakat dapat lebih “murni dan bajik” --- setiap orang berpanutan pada orang yang telah bertekad luhur; dalam pola kehidupan yang rajin dan hemat, berusaha menaklukkan nafsu keserakahan dan kemalasan, serta membangkitkan kondisi batin yang aktif, dapat menggenggam setiap detik untuk bersumbangsih demi masyarakat.
Seventh-Heaven™- SUPER MODERATOR
- Jumlah posting : 136
Point : 18
Reputation : 2
Join date : 18.02.12
Similar topics
» Boneka Bayi Yang Terlihat Sangat Nyata
» 7 Manusia Yang Punya Kelainan Aneh!
» (PICT)AMAZING!!! Inilah 3D street art yang terlihat NYATA!!!
» 7 Kisah Yang Diadaptasikan ke Film
» Kisah Secangkir Kopi Yang Mendunia
» 7 Manusia Yang Punya Kelainan Aneh!
» (PICT)AMAZING!!! Inilah 3D street art yang terlihat NYATA!!!
» 7 Kisah Yang Diadaptasikan ke Film
» Kisah Secangkir Kopi Yang Mendunia
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik